Aku lalu
bangun, dengan mata sedikit masih mengantuk. Wah! Ternyata masih jam 4! Kenapa
ibu membangunkanku sepagi ini? Gumamku dalam hati. “bangun nak!” ibu
mendekatiku, masuk kamarku. “kenapa ibu membangunkanku sepagi ini? Ini kan
masih jam 4 bu!” aku protes kepada ibu. Padahal sebenarnya, aku bangun jam 5.
Aku punya jam beker. Jam itu selalu kuderingkan jam 5. Dan aku selalu dengar kalau
jam bekerku itu berdering. “kan kamu harus belajar nak!” kata ibu. “belajar?
Maksud ibu? Belajar bangun pagi? Setiap hari kan, aku sudah bangun pagi bu. Jam
5!” kataku lagi. Ibu lalu duduk di sampingku. Duduk di sring bed ku. Sambil
memegang kakiku, ibu berkata, “dulu, sewaktu ibu masih sekecil kamu, ibu selalu
bangun pagi. Jam 3 mungkin, ibu sudah bangun.
Gak ada jam
beker, gak ada dering HP, gak ada yang bangnin. Karena apa? Karena, ibu sudah
kebiasaan seperti itu. Bangun pagi untuk apa ibu dulu? Untuk masak lah, masak
air sama masak nasi. Sambil nunggu dua duanya matang, ibu belajar di dapur. Kan
jaman dulu bukan kompor gas dek! Tapi, kompor tungku. Ibu belajar di dekat
tungku. Badannya anget disitu. Terus, terang juga. Jadi enak belajarnya. Nah kamu,
sekarang ada yang bangunin, ada lampu, terang banget lagi. Sekarang kamu mau
apa?” kata ibu panjang lebar. “iya deh bu. Inan minta maaf udah keras tadi.
Mulai sekarang, inan janji, bangun pagi deh. Buat masak sama belajar” kataku
menuruti nasehat ibu. “lho, inan gak usah masak. Yang masak ibu. Inan pagi
hanya belajar dan mengurusi diri sendiri aja. Inan wajib bisa membagi waktu.”
kata ibu lagi. “iya bu” kataku. “sudah, ibu mau ke dapur, dan inan belajar ya.
Nanti kalau sudah adzan shubuh, inan menemui ibu di dapur. Nanti kita sholat
jama’ah. Sama ayah juga.” kata ibu. “iya bu” kataku sambil mengangguk.
Waktu
semakin lama semakin siang. Matahari semakin naik. Aku pun segera mandi, karena
takut terlambat. Lalu aku sarapan bersama ayah, ibu dan adik, lalu kakak. Lalu,
aku berangkat sekolah. Kakaku SMA. Aku SMP, dan adik SD. Aku, kakak, dan adik
berangkat bersama naik mobil kakak. Sedangkan ibuku sama ayah. Mereka pergi ke
kantor. Sekolah SD SMP dan SMA seakan dalam satu kompleks. Hanya jarak pagar
yang memisahkan. Sampailah aku di kelas. Oya, namaku Nanisa. Tapi, akrab
dipanggil Inan. Bagaimana asal usulnya, aku pun gak tau. Aku duduk di sebelah
Rara. SMP Nusa Jaya, itu nama SMP ku. Aku di sekolah ikut eskul dance, band,
pramuka, pmr dan futsal cewek. Aku terkadang juga ikut basket. Aku anaknya
sedikit tomboy. Maklumlah, kakaku cowok. Adikku cowok.
Waktu
berjalan cepat. Waktunya pulang sekolah sekarang. “inan, kita latihan dance
yuk!” ajak rara kepadaku. “dance?” aku sedikit kaget. “iya dance! Kan kita mau
ikut lomba seminggu lagi. Masa kamu gak tau sih?” kata rara. “o. Aku belum
lihat mading. Ya udah yuk ke ruang kegiatan!” ajakku ke rara. “yuk!” rara
mengajakku bergandengan tangan.“eh, kalian ikut dance juga? Kurira, kalian gak
bisa dance!” ejek kak rosa, kakak kelas aku. Dia sekarag kelas 3. Aku dan rara
kelas 2 SMP. “kita bisa donk kak! Kan dari kelas 4 SD, aku sama Rara udah ikut
dance!” kataku, sambil senyum. “yakin kalian bisa? Kalian lincah? Siapa yang
nyuruh kalian ikut?” kak vina, teman kak rosa sedikit nyolot. “kita kan udah
dari kelas 1 SMP juga dibolehin ikut sama kepsek kak!” kataku sedikit kesal.
“iya nih, kakak-kakak mentang-mentang udah kelas 3, ngece kita yang masih kelas
2 ya?” kata rara, dengan muka ditekuk. “Bukannya kita ngece atau gimana dek.
Tapi, apakah kamu fisiknya kuat? Bisa gerakan lincah?
Kalau iya sih, kita boleh-boleh aja adek masuk
ke grup dance kita” penjelasan dari kak Vina. “kita yakin kita pasti bisa kak.
Kita udah ikut lomba, dan juara dua waktu tahun lalu” kata rara. “bukan juara 1
ya dek?” kak vina sedikit membuatku kesal! Dari tadi nanya mulu nanya mulu!
“usst vina, juara 2 itu bagus loh! Jangan gitu ah!” kata kak rosa “iya deh,
maaf. Dek, kalian berdua boleh ikut latihan. Dan seminggu lagi boleh ikut
lomba.” kata kak vina. “asik makasih kak..!” aku kegirangan. dan alhasil,
karena aku jingkrak-jingkrak, kakiku tersandung kaki kursi. aku terjatuh. uhh
sakit. tapi, tak apalah yang pnting aku dan rara berhasil membujuk kak vina
sama kak rosa. aku ditertawakan sama mereka uuh! “hahaha dek, makanya jangan
kegirangan! hahaha.” kak vina malah nertawain aku. “iya kak.. uhh sakit!” aku
hampir aja nangis. tapi, masa sih aku nangis? malu-maluin aja! “oya kak, yang
ikut kelas 8 cuma kita doank? kelas 9 siapa aja kak?” tanya rara. “kelas 9 ada
4 orang, kelas 8 2 org, jadi total 6 org. Ya udah yuk latian nya dimulai!” kata
kak rosa. “yuk kak!” kataku dan rara serentak. Latihan dimulai gerak dasar.
Lalu gerakan awal. Dan lalu disambung-sambung. Setelah itu, mulai latihan
dengan serius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar